Grand Trawas Hotel

Address: Jl. Raya Trawas, Belik, Trawas, Mojokerto, Jawa Timur 61375, Indonesia

Address: Jl. Raya Trawas, Belik, Trawas, Mojokerto, Jawa Timur 61375, Indonesia

Hotel/ Villa / Event Organizer

Hotel/ Villa / Event Organizer

sejarah makam troloyo mojokerto

Dalam komplek makam Troloyo terdapat beberapa makam Waliyullah diantaranya Syech Maulana Jumadil Kubro yang berada di bagian utama makam, Syech Maulana Ibrahim, Syech Maulana Sekhah dan Syech Abdul Kadir Jailani Assyni yang dikenal dengan makam Telu, semuanya berada di bagian depan komplek Troloyo, terdapat juga petilasan Wali Songo yang konon dipergunakan para Wali untuk berembug dalam proses penyebaran agama Islam di pulau Jawa. Sedangkan di bagian utara Masjid yang berada di komplek makam terdapat makam Syech Ngudung atau Sunan Ngudung. Bila kita mengunjungi bagian belakang komplek makam Troloyo akan kita temukan sebuah bangunan dengan kuncup yang didalamnya terdapat dua makam yaitu makam Raden Ayu Anjasmara dan Ratu Kencanawungu. Selanjutnya akan kita temukan juga Makam Tujuh atau Makam Pitu yang dikenal sebagai makam Pangeran Noto Suryo, Patih Noto Kusumo, Gajah Permodo, Naya Genggong, Sabdo Palon, Emban Kinasih dan Polo Putro. Ketujuh orang ini merupakan para pejabat di lingkungan kerajaan Majapahit seperti Patih, Senopati dan Abdi Dalam Kerajaan. Uniknya bila kita mengunjungi makam Pitu dan mengamati beberapa nisan yang terdapat pada makam tersebut terdapat bentuk Lengkung Kurawal yang tentunya tidak asing lagi bagi kesenian Hindu, di padu dan di kombinasikan dengan bentuk bentuk pahatan pada batu nisan, disini dapat kita artikan bahwa telah terjadi akulturasi budaya antara budaya lama Hindu dengan unsur-unsur budaya pendatang Islam.
Keberadaan komplek makam Troloyo yang merupakan makam Islam Kuno membuktikan bahwa telah ada komunitas muslim yang berada di dalam Kerajaan Majapahit, hal ini di dukung juga oleh adanya sumber tertulis berupa Kidung Sunda yang menceritakan adanya sebuah pasukan dari Kerajaan Sunda yang mengantarkan Puteri Raja Sunda sebagai calon Permaisuri Raja Hayam Wuruk. Mereka telah masuk ke dalam ibukota Majapahit,  dan berjalan menuju arah selatan hingga sampai Masjid Agung di daerah Palawiyan, selanjutnya mereka melanjutkan perjalanan kearah Timur dan ke Selatan lagi.